Archive | Desember 2020

Kenapa Sih Kita Sering Pesimis?

Aku kagum pada optimisme. Demikian Rasulullah SAW pernah berujar.

Pernah nggak, merasa gugup saat hendak presentasi di depan publik? Saya sering. Pernah nggak, merasa begitu terpuruk saat gagal, hingga rasanya ingin berhenti saja? Saya sering. Mungkin itu sebabnya, saat ada pemilihan karakter apa yang ingin ditekuni di hexagon city, suami menyarankan untuk menekuni sikap optimisme. Sayangnya saya kurang gercep, jadinya kebagian karakter memiliki konsistensi (yang juga PR banget sii 😆). Alhamdulillah, Allah membukakan jalan lain, melalui kajian kitab Riyadush Shalihin, bab Yakin dan Tawakal yang disajikan oleh Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri.

Bismillah, kita mulai dulu dari pengertian yakin. Yakin itu artinya ilmu. Kita baru bisa yakin, jika tahu ilmunya. Abdullah bin Mas’ud mengatakan bahwa yakin itu adalah iman dari A-Z. Dengan demikian, kita tak bisa berharap punya keyakinan, jika tak punya ilmunya. Maka, dari sini kita patut merenung, seberapa dalam ilmu kita tentang Allah? Tanda orang yakin sama Allah adalah senantiasa melihat Allah dalam setiap kondisi, mengembalikan pada Allah, dan minta pertolongan pada segala kondisi.

Saat kita terjatuh dalam kesalahan, langsung ingat Allah, bahwa Allah Maha Pengampun! Saat kita justru terpuruk dan merasa gagal total, artinya kita sedang dimainkan oleh setan untuk berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah ☹ Segera switch dan ubah kesalahan tersebut menjadi pahala, dengan beristighfar.

Sebaliknya, saat kita kesulitan meninggalkan maksiat, segera yakini bahwa siksa Allah itu maha pedih, tapi barengi juga dengan keyakinan Allah akan mengganti dengan yang lebih baik jika kita meninggalkan sesuatu karena Allah.

Minta pertolongan ke Allah untuk bisa menjadi orang yang lebih baik. Jangan terjebak pada kalimat “Bagaimana kalau aku gagal lagi? Bagaimana kalau aku salah lagi?” Sebagai ibu, sering nggak kita merasa gagal, ketika suatu ketika berbuat salah pada anak? Saat merasa demikian, langsung ingat Allah, lalu optimis untuk bisa memperbaiki diri lagi. No more drama “Aku sudah jadi ibu yang gagal!” Peluk untuk semua ibu, you have done the best, just try again and again by asking Allah for the help 🤗

Kemudian, mungkin sebagai murid kita sering minder saat presentasi tugas di depan kelas. Ternyata, lagi-lagi sebabnya adalah kita fokus pada diri sendiri “Bagaimana kalau aku gagal, kalau aku salah? Kalau aku ditertawakan?” Langsung switch, fokus tawakal ke Allah. Salah satu nama Allah adalah Al Wakil, artinya pihak di mana kita bertawakal kepadaNya, agar Ia Mencegah keburukan dan Memberikan kebaikan. Jadi, serahkan saja ke Allah. Tugas kita ikhtiar habis-habisan, tetapi hati tak boleh ditautkan pada ikhtiar tersebut.

Sekarang, mari kita melihat para sahabat saat mengalami kekalahan di perang Uhud. Kala itu, pasukan pemanah melakukan kesalahan dengan melanggar perintah Rasulullah SAW agar tidak turun dari bukit. Akibatnya fatal, karena akhirnya kondisi justru berbalik. Akhirnya kaum muslimin menderita luka yang parah. Dalam kondisi demikian, Rasulullah SAW memerintahkan kaum muslimin untuk mengikuti pasukan musyrikin Quraisy agar tidak terlihat bahwa kaum muslimin sedang dalam kondisi parah. Mereka pun mematuhi Rasulullah SAW, tidak depresi, tidak down. Di tengah jalan ada yang menakut-nakuti bahwa pasukan musuh akan balik dan membawa kekuatan besar, namun mereka menjawab “cukuplah Allah menjadi Penolong kami, dan Allah sebaik-baik Pelindung” (Ali Imran 173).

Hasilnya? Tidak ada pasukan musuh yang kembali. Bahkan mereka menyesal mengapa tidak kepikiran untuk sekalian menghabisi kaum muslimin, dan inilah bukti keMahaKuasaan Allah. Kaum muslimin yakin kepada Allah, bukan pada strategi mereka. Memiliki logika dan strategi itu penting, tapi tak boleh melupakan Allah. Ini juga yang membuat kita tidak over PD, merasa hebat, padahal tanpa izin Allah kita takkan bisa melakukan sesuatu. Menjadi muslim itu pertengahan, tidak minder tapi juga tidak over PD hingga keblinger.

Masa pandemi ini sungguh masa yang krisis, maka kita perlu optimis dan caranya adalah kembali meningkatkan ilmu kita tentang sifat-sifat Allah. Bahwa Allah adalah Ar Rahman, Ar Rahim. Bagaimana mungkin, Allah yang Maha Baik, menciptakan pandemi untuk membuat kita terpuruk? Bismillah, semoga Allah tuntun kita untuk bisa senantiasa kembali kepadaNya..

Note to my self

Referensi : Kajian Kitab Riyadush Shalihin bab Yakin dan Tawakal oleh Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri

X-tra Miles di Jalan Sunyi

Sesungguhnya amalan Rasulullah itu langgeng, bagaikan hujan tenang yang tak kunjung reda, bukan seperti hujan deras dengan petir menggelegar dan kilat menyala-nyala.

Huddle dengan Bu Septi Rabu lalu membuat saya merenung panjang. Apakah selama ini saya sebenarnya jalan di tempat? Bukankah sebelum ini saya juga menulis? Apakah di Hexagon City, sebenarnya saya tidak melakukan apa-apa, di tengah keramaian kota yang sedemikian produktif?

Hingga sampailah pada pertanyaan salah satu Hexagonia “Ibu, sebenarnya saya ingin Xtra Miles, tapi suami dan anak-anak mulai memberikan lampu kuning.” Jawaban dari Bu Septi kurang lebih adalah dengan melakukan Xtra miles berupa pengurangan jam tidur,misal dari 8 jam menjadi 7 jam.

Di situlah saya kembali disadarkan, xtra miles ini tergantung kondisi masing-masing. Bukankah kami di Bunda Produktif untuk menaikkan kapasitas diri sebagai ibu, istri dan pribadi? Bukankah tidak mungkin jika suatu kebaikan melahirkan keburukan? Artinya jika ada lampu kuning,memang ada yang mesti diperbaiki, dan setiap orang punya solusinya sendiri. Jika melihat babak sebelum punya bayi, memang benar saya juga menulis, tapi belum ajeg untuk menuju arah yang teratur. Di bunda produktif, saya berlatih dan mengambil karakter memiliki konsistensi, artinya saya sedang menaikkan kapasitas diri bagaimana agar saya bisa menulis secara teratur meski waktunya memang tidak heboh dan jor-joran.

Akhirnya, saya kembali pada target yang realistis, tak apa menambah sedikit demi sedikit, asalkan semoga langgeng. Mencontoh amalan Rasulullah, yang dituturkan oleh Aisyah ra, bahwa amalan beliau langgeng, bagaikan hujan tenang, tapi turun terus menerus tanpa henti. Istiqomah memang berat, namun bismillah semoga Allah menolong sehingga saya bisa memiliki karakter ini. Dari 15 menit, saya akan menambah menjadi 20 menit saja dulu. Lima menit demi lima menit, one bit a time, semoga bisa mendapat ritme yang pas. Fokus kepada project passion, menyelesaikan draft tulisan di akhir Desember. Dengan demikian, jika ada waktu mewah di luar 20 menit yang sudah dijadwalkan, saya akan menggunakannya untuk menyelesaikan tulisan tersebut.

Di titik ini pun saya akhirnya menyadari bahwa kita perlu teman, untuk sebuah perjalanan panjang (nan sunyi). Di tengah keramaian kota Hexagonia, menulis buku memang seperti sebuah perjalanan sunyi, tak terlihat, tapi dengan memiliki teman seperjalanan, kami bisa huddle dan meyakinkan bahwa sebenarnya kami on the track, bukan nggak ngapa-ngapain. Meeting setiap sabtu, membuat amunisi kembali terisi. Apalagi, kami juga sudah berkomitmen untuk melatih karakter saling meringankan. Dan, alhamdulillah, di milestone ini, kami juga sudah meluncurkan promo buku dengan respon yang di luar dugaan. MasyaaAllah. Semoga kami semakin kokoh dan tegar menapaki jalan sunyi ini dengan xtra miles masing-masing.

Bismillah, calon buku baru 😊

Targetnya adalah Xtra miles agar fokus menuntaskan proyek pribadi dulu sebelum bisa membantu orang lain (proyek lain)

Jadi kesimpulannya adalah fokus di Xtra miles pribadi terlebih dahulu sebelum nantinya bisa meramaikan dan mensupport orang lain. Bismillah.

X-tra Miles ; X-tra Sabar

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung (QS Ali Imran : 200)

Tibalah kami di zona X, zona yang membuat saya penasaran, apa kepanjangannya. Ternyata jawabannya adalah zona X-tra miles. Pada zona ini, kami mengelompokkan berbagai aktivitas ke dalam 4 kuadran yakni :

4. Kuadran High Effort, Low Impact yakni aktivitas di mana kita sudah bekerja keras bagai kuda tapi efeknya tak seberapa. Saya meletakkan aktivitas menunda merapikan data di kuadran ini. Chat yang menumpuk, membuat saya harus bekerja keras untuk scrolling. Jadi, perbaikan selanjutnya adalah segera memindahkan data penting ke folder sebelum lenyap.

3. Kuadran Low Effort, Low Impact yakni aktivitas yang mudah dilakukan, sekaligus berdampak kecil. Saya memasukkan penulisan jurnal dan brainstorming ide ke dalam kuadran ini.

2. Kuadran Low Effort, High Impact yakni aktivitas yang mudah dilakukan tapi berdampak besar. Saya memasukkan aktivitas menulis 15 menit per hari di sini.

1. Kuadran High Effort, High Impact yakni aktivitas yang sulit dilakukan, di mana kita cenderung kalah oleh alasan, padahal jika dilakukan memiliki dampak besar.

Kuadran aktivitas

Xtra miles adalah zona di mana kami akan bergeser dari kuadran bawah menuju kuadran di atasnya. Tujuannya adalah untuk mempercepat selesainya proyek, di mana untuk Gerha Aksara, adalah terbitnya satu buah buku. Saya memutuskan untuk menambah porsi menulis dari 15 menit per hari menjadi 30 menit per hari, plus dikasih deadline 1 naskah 1 minggu. Prakteknya bagaimana? Masih babak belur, sering banget nggak kehitung brapa menit sebenarnya yang dikerjain. Lebih banyak brainstormingnya daripada menulisnya😂 Namun, penambahan deadline alhamdulillah cukup berdampak, sehingga ada usaha untuk bisa menyelesaikan naskah dalam waktu seminggu.

Xtra miles Gerha Aksara (masih kurang lengkap tanpa mba Nani)

Zona X juga membawa kami untuk memiliki kesabaran Xtra, karena qadarullah, banyak ujian yang menerpa. Teman-teman di Gerha Aksara banyak yang tengah drop kesehatannya. Teman seperjuangan kami, mba Nani pun tengah diuji dengan meninggalnya suami beliau. Semoga Allah menguatkan mba Nani dan memberikan tempat terbaik bagi suami mba Nani di sisiNya. Aamiin. Sungguh rasanya ada yang kurang ketika tak lengkap, terlebih di zona ini saya berperan sebagai komandan yang mengumpulkan ide-ide Xtra miles teman-teman. Menjadi komandan juga memiliki lika-likunya sendiri. Ternyata saya masih harus berlatih lagi untuk bisa menerapkan manajemen distraksi ketika dihadapkan dengan keriweuhan anak, sementara di waktu yang sama perlu mengerjakan tugas. Itu sebabnya saya merasa ketika kita hendak memberikan usaha yang lebih, kesabaran yang lebih pun perlu mengiringi supaya tidak mudah menyerah. Kuatkan kesabaran, juga diiringi doa semoga Allah mudahkan.

Izinkan proyek ini bisa menemui muara manfaatnya ya Allah… aamiin..

#InstitutIbuProfesional #KuliahBundaProduktif #ZonaXtrammiles #Hexagonia #HexagonCity