Tag Archive | institutibuprofesional

Review Untuk Tim Kaizen

Pada Bab ApresiAksi ini, alhamdulillah saya dipertemukan dengan Mbak Mia lagi, kawan satu co house di CH 3 kepenulisan. Dari jurnal mbak Mia, saya jadi lebih memahami lagi materi ApresiAKSI. Mbak Mia menuliskan dampak langsung dan tidak langsung dari aksi tim kaizen berupa mini workshop anakku problem solver. MasyaAllah tim mbak Mia sudah menjangkau kalangan luar dengan adanya workshop ini. Dengan menuliskan dampak ini, akhirnya tim benar-benar bersemangat untuk melakukan analisa dampak.

Strong why untuk analisa dampak

Tabel analisa tim pun sangat runtut prosesnya. Memang semua dimulai dari edukasi di scope kecil, hingga akhirnya jika bisa dipraktekkan oleh banyak keluarga, maka impact semakin luas. Semoga semakin bermanfaat ya mbak, aamiin.

TOC tim kaizen

Untuk The Logic Modelnya,masyaAllah komplit. Tazkiya jadi belajar juga agar bisa lebih detail menuliskan indikator, users, verification source dan frequency per item. Asumsi yang ditulis pun sudah lengkap, positif dan negatif. Sekali lagi diingatkan juga, ketika users hanya melihat konten tapi tidak praktek, tidak diamalkan (asumsi negatif), maka dampak yang terjadi juga tidak akan luas.

Review The Logic Model

Manajemen resiko dan keputusan untuk menghentikan apa yang terlalu tinggi resikonya sudah tepat. Semoga Allah mudahkan untuk bisa berjalan sesuai timetable ya mbak.. semangat untuk tim Kaizen, semoga sesuai namanya, aksi tim ini bisa terus melakukan perbaikan secara berkesinambungan πŸ₯° aamiin

Memahami Masalah

Setelah mendapatkan tim, rupanya kami tidak diminta untuk langsung mencari solusi, tetapi mengumpulkan pertanyaan melalui metode starbursting. Rupanya, dengan menggali pertanyaan, justru 50% jawaban akan muncul dibanding hanya dengan menunggu jawaban.

Apa itu starbursting? Metode ini dilakukan dengan cara membuat bintang segienam, di mana kita tuliskan masalah kita di tengah. Lalu, di ujung-ujung bintang itu kita tulis “what”, “where”, “when”, “who”, “how” dan “why”.

Nah, nanti kita buat pertanyaan minimal 3 di tiap ujung bintang. Misal, pada tema Tazkiya Project yang berupa minim sampah tanpa ART, untuk pertanyaan “What”, kita bisa memberikan pertanyaan sebagai berikut :
-apakah minim sampah itu memerlukan energi besar?
-apakah minim sampah bisa dilakukan bersama bayi?
-apa saja sampah yang masuk ke rumah kita?

Nah khusus untuk pertanyaan “why”, kita perlu menjawabnya dulu, lalu jawaban tersebut dijawab lagi dengan pertanyaan “why” sampai muncul 5 kali.

Contohnya :

Kenapa ibu memakai pospak?Karena hemat waktu dan energi

Kenapa ibu harus hemat waktu dan energi?Karena pekerjaan ibu banyak

Kenapa pekerjaan ibu banyak? Karena rata-rata dikerjakan sendiri dan tdk ada ART

Kenapa rata2 dikerjakan sendiri dan tdk ada ART?Karena memutuskan tdk memakai jasa ART

Kenapa memutuskan tdk memakai jasa ART?Karena keluarga tdk nyaman dengan adanya orang luar

Kenapa keluarga tdk nyaman dg adanya orang luar? Karena pola asuh di masa lalu

Pertanyaan tersebut saya buat di kolom excell agar bisa diisi bersama. Langkah selanjutnya adalah menyelami masalah. Saya mengumpulkan bahan-bahan hasil belajar yang selama ini berceceran. Memang masih belum lengkap, tetapi cukup lumayan untuk melihat masalah ini dari sisi agama, lingkungan dan kerumahtanggaan. Masalah minim sampah ini juga rupanya masuk dalam masalah nasional yakni konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.

Semua hal itu terangkum dalam jurnal Tazkiya yang bisa dilihat di sini. Semoga ini menjadi langkah awal untuk menemukan solusi. Aamiin.

Rileks dan Optimis Membersamai Tim : Sebuah Review untuk Mba Tata

Pekan ini, alhamdulillah saya mendapat kenalan baru untuk review jurnal, yakni Mba Tata dari Yogyakarta. Aih, jadi kangen sama kota gudeg itu πŸ₯° Membaca jurnal mba Tata, membuat saya senyum-senyum sendiri karena sense of humor di dalamnya. Saya belajar tentang suasana rileks dan kepercayaan diri saat mengelola sebuah tim. Kadang kala, ada perasaan berat dan tidak PD dalam membersamai sebuah tim. Tetapi mbak Tata bisa mengubah pandangan bahwa proyek yang serius tetap bisa dijalankan secara tenang dan santai. Rampingnya sebuah tim, bagi mba Tata justru membawa keuntungan tersendiri untuk lebih menyatukan chemistry. Benar juga, menyatukan 2 kepala saja tidak mudah, apalagi jika ada banyak kepala. Justru dengan berdua, akan ada banyak kesempatan untuk meningkatkan bonding. Lewat mba Tata saya jadi belajar untuk tidak surut dengan kecilnya anggota tim. Bahkan, sejarah sudah mencatat bagaimana di perang Badar, dengan jumlah yang sedikit, justru Allah berikan kemenangan.

Untuk hal yang perlu ditingkatkan adalah penggunaan user persona.Video kampanyenya sudah unik dan menarik, jadi penasaran bagaimana cara bikinnya. Pemilihan gambarnya oke, dan pas dengan tema yang diusung. Agar dampaknya bisa semakin meluas dan menarik, mungkin bisa diceritakan sedikit saja ttg background mba Tata di kampanye, semisal dilengkapi dengan nama diri dan perjalanan mba Tata dalam menekuni desain fashion.

Kurang lebih seperti itu review dari saya. Semoga berkenan ya mba.. alhamdulillah, senang sekali bisa belajar dari jurnal mba Tata. Teriring doa semoga diberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses ke depannya. Senang sekali bisa berkenalan dg seorang fashion designer seperti mba Tata πŸ₯°

Review untuk Mba Tata

Alhamdulillah Mba Tata juga memberikan review yang memotivasi untuk bisa merekam jejak Tazkiya Project menjadi sebuah tulisan. Aamiin, mudah-mudahan bisa merealisasikannya, walaupun sejatinya sudah banyak yang lebih ahli baik dalam praktek maupun dalam menuliskannya. πŸ˜…πŸ˜… Kalau lagi insecure gini, langsung ingat Imam Malik saat ditanya mengapa menulis kitab Al Muwatta padahal sudah banyak yang menulis kitab serupa. Jawaban beliau sungguh layak diteladani. “Apa yang ditulis karena Allah, akan eksis dan langgeng.” Mudah-mudahan bisa meluruskan niat, dan semoga Tazkiya Project bisa bermanfaat, setidaknya untuk diri sendiri dulu beserta tim di dalamnya. Aamiin… πŸ™‚

Feedback dari Mba Tata
Terima kasih Mba Tata πŸ™‚

Menemukan Masalah Pasca Persalinan

Ingat saat mengerjakan tugas akhir di kampus? Mencari permasalahan untuk diselesaikan adalah hal yang pertama kali dilakukan. Begitu pula yang kami lakukan di Kampus Ibu Pembaharu ini. Kami diminta untuk mencari masalah, membuat bank masalah dan memilih satu untuk diselesaikan. Masalah ini bisa ada pada pribadi kita, keluarga maupun lingkungan. Di sini, kami belajar mencintai masalah, mengubahnya menjadi tantangan yang perlu diselesaikan, bukan untuk dikeluhkan.

Dikatakan masalah adalah apabila kita mengalaminya, kita merasa loyo, atau sebaliknya, berbinar.  Bu Septi memberi contoh bahwa dulu permasalahan bu Septi adalah tidak bangga menjadi Ibu Rumah tangga dan akar masalahnya adalah saat menjadi IRT, beliau berhenti belajar dan tidak memiliki pendapatan.

Saya pun mencoba mencari apa sebenarnya masalah saya, yang rupanya sempat membuat bingung. Akhirnya saya mencoba melihat dari apa yang tampak. Resah apa yang selalu datang akhir-akhir ini? Rupanya, kebanyakan resah itu datangnya dari sampah. Entah itu berupa pikiran, sampah digital maupun sampah fisik.

Tak dapat dipungkiri, pasca persalinan adalah fase yang cukup menantang untuk dilalui. Karena hal tersebut, muncullah banyak clutter, mulai dari overthinking ketika si bayi mengalami suatu kondisi tidak standar ataupun akibat kondisi pandemi, pemakaian popok sekali pakai akibat kelelahan saat mencoba memakai popok kain maupun cloth diaper, juga menumpuknya sampah bekas kardus kemasan makanan ketika harus memesan Go-Food.

Lalu, apa sih sebenarnya akar masalah ini semua. Mengapa banyak clutter selepas melahirkan? Yang pertama, mungkin masalah klasik, tapi mau tak mau harus diakui, bahwa saya ternyata lemah dan kurang energi 😭Sebenarnya, suami sudah memberikan warning, bahwa nanti selepas lahiran, tolong distop dulu minim sampahnya untuk sementara, karena tubuhmu nggak akan kuat. Hingga saat ini, saya masih berjibaku dengan pengaturan ritme, yang mengakibatkan gaya hidup minim sampah kami bisa dibilang sedang dalam fase terjun bebas. Penyumbang terbesarnya adalah popok. Ini lumayan menambah beban pikiran. Padahal, hal tersebut justru akan semakin membuat drop tubuh. Ya kapan kelarnya kalau begini πŸ™ˆ

Akar masalah kedua adalah yang tengah dibenahi, yakni tata kelola hati, pikiran, dan ruangan yang masih buruk. Overkritik terhadap diri sendiri, cemas berlebih, para sampah yang tidak memiliki cukup “rumah”, tata kelola dapur yang buruk, membuat energi juga cukup terkuras bukan?

Maka, saatnya membenahi mindset! Jika dulu berorientasi pada hasil (ingin cepat bebas dari diaper), menjadi konsentrasi pada usaha dengan berusaha menikmati setiap prosesnya. Bahwa setiap kali berhasil menatur si baduta di potty, betapapun sedikitnya, sungguh patut untuk disyukuri. Tidak peduli hari itu ada berapapun miss karena memang si anak belum bisa diajak bicara untuk mengomunikasikan kebutuhan buang airnya. Kemudian, secara paralel, belajar juga tata kelola rumah sedikit demi sedikit. Semoga dengan ini, bisa menyelesaikan masalah menumpuknya clutter. Dimulai dulu dari clutter kasat mata, sebelum nantinya mudah-mudahan juga berefek pada clutter tak tampak, yakni yang sering menyelip di hati, maupun pikiran. Bismillah.

Problem statement
Analisa akar masalah

#materi1 #ibupembaharu #bundasalihah #darirumahuntukdunia #hexagonciry #instututibuprofesional #semestaberkaryaunrukindonesia