Archive | Desember 30, 2020

Kenapa Sih Kita Sering Pesimis?

Aku kagum pada optimisme. Demikian Rasulullah SAW pernah berujar.

Pernah nggak, merasa gugup saat hendak presentasi di depan publik? Saya sering. Pernah nggak, merasa begitu terpuruk saat gagal, hingga rasanya ingin berhenti saja? Saya sering. Mungkin itu sebabnya, saat ada pemilihan karakter apa yang ingin ditekuni di hexagon city, suami menyarankan untuk menekuni sikap optimisme. Sayangnya saya kurang gercep, jadinya kebagian karakter memiliki konsistensi (yang juga PR banget sii 😆). Alhamdulillah, Allah membukakan jalan lain, melalui kajian kitab Riyadush Shalihin, bab Yakin dan Tawakal yang disajikan oleh Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri.

Bismillah, kita mulai dulu dari pengertian yakin. Yakin itu artinya ilmu. Kita baru bisa yakin, jika tahu ilmunya. Abdullah bin Mas’ud mengatakan bahwa yakin itu adalah iman dari A-Z. Dengan demikian, kita tak bisa berharap punya keyakinan, jika tak punya ilmunya. Maka, dari sini kita patut merenung, seberapa dalam ilmu kita tentang Allah? Tanda orang yakin sama Allah adalah senantiasa melihat Allah dalam setiap kondisi, mengembalikan pada Allah, dan minta pertolongan pada segala kondisi.

Saat kita terjatuh dalam kesalahan, langsung ingat Allah, bahwa Allah Maha Pengampun! Saat kita justru terpuruk dan merasa gagal total, artinya kita sedang dimainkan oleh setan untuk berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah ☹ Segera switch dan ubah kesalahan tersebut menjadi pahala, dengan beristighfar.

Sebaliknya, saat kita kesulitan meninggalkan maksiat, segera yakini bahwa siksa Allah itu maha pedih, tapi barengi juga dengan keyakinan Allah akan mengganti dengan yang lebih baik jika kita meninggalkan sesuatu karena Allah.

Minta pertolongan ke Allah untuk bisa menjadi orang yang lebih baik. Jangan terjebak pada kalimat “Bagaimana kalau aku gagal lagi? Bagaimana kalau aku salah lagi?” Sebagai ibu, sering nggak kita merasa gagal, ketika suatu ketika berbuat salah pada anak? Saat merasa demikian, langsung ingat Allah, lalu optimis untuk bisa memperbaiki diri lagi. No more drama “Aku sudah jadi ibu yang gagal!” Peluk untuk semua ibu, you have done the best, just try again and again by asking Allah for the help 🤗

Kemudian, mungkin sebagai murid kita sering minder saat presentasi tugas di depan kelas. Ternyata, lagi-lagi sebabnya adalah kita fokus pada diri sendiri “Bagaimana kalau aku gagal, kalau aku salah? Kalau aku ditertawakan?” Langsung switch, fokus tawakal ke Allah. Salah satu nama Allah adalah Al Wakil, artinya pihak di mana kita bertawakal kepadaNya, agar Ia Mencegah keburukan dan Memberikan kebaikan. Jadi, serahkan saja ke Allah. Tugas kita ikhtiar habis-habisan, tetapi hati tak boleh ditautkan pada ikhtiar tersebut.

Sekarang, mari kita melihat para sahabat saat mengalami kekalahan di perang Uhud. Kala itu, pasukan pemanah melakukan kesalahan dengan melanggar perintah Rasulullah SAW agar tidak turun dari bukit. Akibatnya fatal, karena akhirnya kondisi justru berbalik. Akhirnya kaum muslimin menderita luka yang parah. Dalam kondisi demikian, Rasulullah SAW memerintahkan kaum muslimin untuk mengikuti pasukan musyrikin Quraisy agar tidak terlihat bahwa kaum muslimin sedang dalam kondisi parah. Mereka pun mematuhi Rasulullah SAW, tidak depresi, tidak down. Di tengah jalan ada yang menakut-nakuti bahwa pasukan musuh akan balik dan membawa kekuatan besar, namun mereka menjawab “cukuplah Allah menjadi Penolong kami, dan Allah sebaik-baik Pelindung” (Ali Imran 173).

Hasilnya? Tidak ada pasukan musuh yang kembali. Bahkan mereka menyesal mengapa tidak kepikiran untuk sekalian menghabisi kaum muslimin, dan inilah bukti keMahaKuasaan Allah. Kaum muslimin yakin kepada Allah, bukan pada strategi mereka. Memiliki logika dan strategi itu penting, tapi tak boleh melupakan Allah. Ini juga yang membuat kita tidak over PD, merasa hebat, padahal tanpa izin Allah kita takkan bisa melakukan sesuatu. Menjadi muslim itu pertengahan, tidak minder tapi juga tidak over PD hingga keblinger.

Masa pandemi ini sungguh masa yang krisis, maka kita perlu optimis dan caranya adalah kembali meningkatkan ilmu kita tentang sifat-sifat Allah. Bahwa Allah adalah Ar Rahman, Ar Rahim. Bagaimana mungkin, Allah yang Maha Baik, menciptakan pandemi untuk membuat kita terpuruk? Bismillah, semoga Allah tuntun kita untuk bisa senantiasa kembali kepadaNya..

Note to my self

Referensi : Kajian Kitab Riyadush Shalihin bab Yakin dan Tawakal oleh Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri